Efektifitas Pemberian Daun Katuk Terhadap Kecukupan ASI Ibu Menyusui di Desa Watusampu

MAGVIRA HAMADI. Efektifitas Pemberian Daun Katuk terhadap Kecukupan ASI Ibu Menyusui di Desa Watusampu. Dibimbing oleh PESTA CORRY SIHOTANG dan YUHANA DAMANTALM. WHO menganjurkan pada seluruh bayi untuk memperoleh ASI eksklusif selama 6 bulan awal sejak kelahiran. Menurut data Global Breastfeeding Scorecard dengan evaluasi data menyusui pada 194 negara, prevalensi bayi kurang dari 6 bulan yang memperoleh ASI eksklusif sekitar 40%. Data Puskesmas Tipo menunjukkan cakupan ASI eksklusif tahun 2017 yaitu 84,24%, tahun 2018 yaitu 79,56%, dan tahun 2019 yaitu 75,31%. Hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti bahwa terdapat 5 orang ibu dengan keluhan produksi ASI sedikit pada minggu pertama setelah melahirkan dan warna air seni bayi yang agak pekat. Tujuan penelitian ini yaitu dianalisisnya efektifitas pemberian daun katuk terhadap kecukupan ASI ibu menyusui di Desa Watusampu. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain eksperimen dan menggunakan metode quasi eksperiment pada satu kelompok atau One Group Pretest-Postest Design. Populasi pada penelitian ialah seluruh ibu menyusui di Desa Watusampu berjumlah 32 ibu. Jumlah sampel yaitu 15 orang, menggunakan teknik simple random sampling. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test, dengan variabel independen daun katuk dan variabel dependen kecukupan ASI. Hasil penelitian menunjukkan sebelum pemberian daun katuk, sebagian besar ibu dengan ASI yang tidak mencukupi (73,3%) dan sesudah pemberian daun katuk, terjadi peningkatan dimana sebagian besar ibu dengan ASI yang mencukupi (80%). Hasil analisis bivariat menunjukkan ada efektifitas pemberian daun katuk terhadap kecukupan ASI ibu menyusui di Desa Watusampu (p = 0,000). Simpulan dari penelitian adalah terdapat efektifitas pemberian daun katuk terhadap kecukupan ASI ibu menyusui di Desa Watusampu. Disarankan kepada pihak Desa Watusampu agar membudidayakan tanaman katuk di wilayah pekarangan masyarakat sebagai langkah awal mengembangkan tanaman toga sehingga dapat dimanfaatkan khasiatnya bagi kesehatan masyarakat.